Rumah Kindah : Ekspresi Maskulin Arsitektur Origami

Beton ekspos yang kasar dan kokoh, ketegasan garis, serta sudut-sudut yang tajam menghadirkan ekspresi bangunan yang sangat ”laki-laki”.
Sebagai suatu karya seni bangunan, eksplorasi rancangan arsitektur bisa didekati dari berbagai wilayah kesenian. Hal inilah yang terjadi ketika arsitek Budi Pradono menggunakan origami--seni melipat kertas dari Jepang--sebagai pendekatan desain salah satu karyanya, yaitu Rumah Kindah.
Fasad bangunan yang menempati lahan seluas 490 m2 ini berupa dinding beton miring--yang seolah-olah baru saja dilipat lalu berusaha ditegakkan kembali--dengan sedikit bukaan kaca yang lebih menyerupai carutan pada dinding, memberi kesan kaku, keras, dan tertutup layaknya sebuah benteng. Ketertutupan ini merupakan solusi desain terhadap kebisingan lalu lintas dan jalur kereta api aktif yang terletak tepat di seberang lahan. Sedangkan fasad bangunan yang terkesan maskulin merupakan ekspresi dari struktur yang digunakan.
Masuk ke dalam bangunan, akan ditemukan suasana ruang yang sama sekali berbeda. Alih-alih mengikuti ekspresi fasadnya, keterbukaan serta kesan bidang-bidang tipis yang melayang lebih dominan terlihat. Meski demikian, tetap terasa adanya hubungan yang kuat antara bagian luar dan dalam bangunan melalui pola segitiga acak yang terdapat hampir di seluruh elemen ruang, seperti lantai, dinding, dan langit-langit.
Keterbukaan diperoleh melalui peletakan massa dan penggunaan bidang kaca pada hampir seluruh dinding di bagian dalam. Unsur kaca dan beton memang merupakan material utama yang digunakan di sini. Bidang-bidang melayang yang memberi kesan ringan dapat ditemukan pada olahan langit-langit dan bentuk tangga yang meliuk, sangat kontras di tengah garis-garis tegas dan tajam yang tampak di hampir seluruh bagian bangunan.
Bangunan dua lantai ini memiliki pembagian ruang simpel yang jelas. Lantai dasar untuk area penerima dan kegiatan-kegiatan yang bersifat semi publik, sedangkan lantai di atasnya merupakan area fungsi utama kegiatan kantor. Seluruh ruangan berorientasi ke dalam, dengan pusat orientasi berupa area terbuka yang di tengahnya terletak sebidang dek berlantai kayu. Dek yang sewaktu-waktu digunakan sebagai panggung serbaguna dalam berbagai acara internal ini, ternyata juga merupakan atap ruang rapat yang diletakkan secara unik, terbenam di bawah tanah.
Keunikan lain yang nyata terlihat adalah dinding yang carut-marut oleh bukaan kaca. Hal ini merupakan penguat tampilan estetika dan cita rasa seni pada bangunan. Sinar matahari yang masuk melalui celah kaca, menghasilkan efek pencahayaan yang unik pada langit-langit dan bayangan yang jatuh di lantai menghasilkan pola-pola yang menarik.
Teks : Lutik Astri
Foto : Muhtar Holil
Lokasi : Rumah Kindah, Lenteng Agung, Jakarta Selatan
Pemilik : Roni Aidil
Arsitek : Budi Pradono Architects
Tidak ada komentar:
Posting Komentar