Pesona Estetis di Lahan Berkontur

Sinergi yang kuat terjalin antara alam dan bangunan. Hasilnya, hunian penuh daya tarik estetis nan eksotis pun tercipta.
Keanekaragaman dan kekayaan yang terhampar di alam semesta, merupakan karunia Tuhan yang tak ternilai harganya. Sudah sepantasnya, jika kita menghargainya dengan cara melestarikan dan memanfaatkannya secara bertanggung jawab. Pemahaman tentang pentingnya sinergi antara bangunan hunian dengan alam di sekitarnya inilah yang menjadi dasar pemikiran Egino Tri Prasetyo, ST, selaku arsitek, untuk memanfaatkan lahan berkontur seluas 950 meter persegi ini sebagai dasar perancangan hunian berkonsep tropis modern ini.
Kontur merupakan garis imajiner yang berfungsi sebagai penanda titik-titik pada lahan miring yang memiliki ketinggian sama. Tentunya dalam mendesain hunian di lahan berkontur memerlukan strategi tersendiri. Hal ini dilakukan untuk menyiasati agar arsitektur dapat terwujud dengan efisien dan memiliki estetika. Seperti halnya lahan berkontur pada hunian ini.
Dengan bijak, arsitek memilih konsep split level pada hunian dengan total luas bangunan 750 meter persegi ini. Pengaturan denah ruangan secara tepat serta menghitung keseimbangan pada setiap titik struktur, merupakan cara yang ditempuh agar bangunan dapat bertumpu dengan tepat di atas tanah.
Hasilnya adalah sebuah bangunan yang terasa berangkulan dengan alam. Ketinggian ruang di dalam bangunan yang berbeda-beda, tercermin pada tampilan fasad bangunan yang unik dan dinamis. Sesuai keinginan pemilik rumah, desain fasad dibuat menonjol dengan permainan bentuk geometris yang menjorok ke luar dan ke dalam. Potensi alam lainnya yang dimiliki lahan ini adalah view indah pegunungan yang mengelilingi bangunan.
Di sekeliling fasad hunian, dilengkapi oleh bukaan-bukaan yang luas. Selain berfungsi untuk memasukkan view alam semaksimal mungkin ke dalam hunian, bukaan ini juga dimaksudkan agar sirkulasi udara segar dan pencahayaan alami di dalam hunian lebih optimal. Sementara itu, penggunaan teritisan yang lebar berhasil membuat tampilan fasad hunian ini tampak bervariasi.
Dalam memilih material, arsitek mengutamakan kualitas bahan tanpa mengesampingkan unsur keindahan. Struktur yang digunakan adalah beton bertulang dengan fondasi footplate karena kondisi tanah yang sangat keras. Material utama yang digunakan dalam desain hunian ini, antara lain marmer travertine, batu alam andesit, dan batu paras putih yang digunakan sebagai material tampak luar dan interior. Marmer travertine juga dimanfaatkan sebagai material dari dinding tinggi yang terdapat pada fasad bangunan bagian depan. Dinding tinggi ini seolah-olah membagi tampak depan menjadi dua bangunan yang terpisah. Fungsinya adalah melindungi area teras pada ruang keluarga agar terhindar dari sinar matahari secara langsung.
Teks : Pradnya Paramitha
Foto : Seven Image Photography
Lokasi : Rumah tinggal di Jl. Slamet, Semarang, Jawa Tengah
Arsitek : Egino Tri Prasetyo, ST. (Utopia Architecture)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar